Seberapa perlukah kita konsumsi obat ketika sakit?

Kemampuan tubuh manusia menyembuhkan diri sungguh luar biasa. Kekuatan inilah yang memelihara kondisi tubuh, mencegah penyakit, dan memulihkan tubuh dari kondisi sakit. Kekuatan ini menjadikan tubuh manusia mampu mengatur dirinya sendiri. Tingkat kekuatan ini berbeda-beda pada setiap orang, dan perbedaan tersebut sangat dipengaruhi oleh usia.

Meskipun kemampuan penyembuhan diri akan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia. kekuatan tersebut masih dapat ditingkatkan hingga seseorang mencapai usia 120 tahun. Dengan kata lain, manusia memiliki peluang untuk hidup sehat hingga 120 tahun.

Kita telah mengetahui pengertian “sakit”, yaitu kondisi ketika kestabilan tubuh menurun, tidak kembali pulih, dan menjadi lebih buruk, jika dibiarkan, kondisi tersebut mungkin akan berkembang menjadi keadaan yang mengancam nyawa.

Untuk mencegahnya, kita harus meningkatkan kemampuan penyembuhan diri kita. Ketika merasa “masuk angin”, Anda dapat meningkatkan kemampuan penyembuhan diri dengan berhenti bekerja, menghangatkan tubuh, minum lebih banyak, mengonsumsi makanan bergizi, dan beristirahat.

Salah satu ciri pengobatan konvensional adalah berupaya mengatasi satu penyakit dengan satu cara. Pasien pada akhirnya menaruh harapan yang besar terhadap obat-obatan dan terapi pengobatan.

Sayang sekali, harapan ini sering meleset dari kenyataan, Pada penanganan gangguan kesehatan yang bersifat darurat, metode satu penyakit-satu cara dapat berhasil karena kedaruratan biasanya hanya disebabkan oleh satu masalah.

Akan tetapi, pada penyakit yang memiliki lebih dari satu penyebab dan dipengaruhi oleh banyak faktor yang memperparah keadaan, mustahil penanganan dengan satu cara akan berhasil; diperlukan sinergi beberapa macam terapi.

Mengandalkan satu cara saja dalam pengobatan penyakit semacam itu ibarat berharap melakukan home run dalam pertandingan bisbol. Tim yang melakukan home run memang akan memenangi pertandingan, tetapi jarang terjadi.

Pemberian suntikan antibiotik kepada penderita kanker memang dapat menghambat  perkembangbiakan sel-sel kanker, tetapi tidak dapat mengatasi sumber masalahnya.

Banyak orang mengandalkan obat, terapi, bahkan dokter tertentu. Mereka bagaikan berharap memenangi pertandingan bisbol dengan melakukan homerun. Di berbagai belahan dunia, banyak dokter yang berpengalaman melakukan operasi pengangkatan jaringan kanker, tetapi operasi yang berhasil pun tidak menjamin tubuh pasien terbebas dari kemungkinan tumbuhnya sel-sel kanker baru.

Saya berkeyakinan bahwa yang paling penting bukanlah mencari solusi manjur untuk mengatasi gejala-gejala yang dikeluhkan pasien, melainkan menemukan cara mengatasi penyebab timbulnya gejala-gejala tersebut.

Lalu Bagaimana dengan efek samping dari konsumsi obat obatan?

jepang adalah salah satu negara dengan volume produksi obat terbesar di dunia. Saat ini, terdapat kira-kira 15.000 jenis obat di Jepang. Namun, sebagian besar obat tersebut justru memiliki dampak negatif bagi tubuh.

 Obat semestinya hanya digunakan dalam dua kondisi, yakni apabila kita merasakan sakit yang tidak tertahankan dan apabila khasiat obat tersebut diperlukan untuk menyelamatkan nyawa. Kita harus berupaya menghindari penggunaan obat-obatan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang karena efek samping obat-obatan dapat melemahkan kemampuan penyembuhan diri kita.

Berdasarkan data yang diterbitkan oleh sebuah jurnal perkumpulan dokter Amerika pada Oktober 1998. sebuah penelitian di Universitas Toronto, Kanada, menunjukkan bahwa pada 1994, Amerika mengeluarkan tiga miliar resep obat, sementara dua juta orang menjalani rawat inap akibat efek samping obat, dan seratus ribu orang meninggal karena penyebab yang sama.

Di sisi lain, biaya yang harus dikeluarkan untuk merawat penderita efek samping obat adalah 800 miliar dolar AS. Data tersebut sangat mengejutkan kalangan medis. Di antara seratus ribu orang yang meninggal tersebut, sebagian besar meninggal karena penyakit jantung, kanker, dan stroke.

Mengonsumsi obat secara terus-menerus sama dengan melangkah lebih cepat menuju kematian.

Lalu bagaimana jika tetap ingin mengkonsumsi obat obatan?

jika Anda memang perlu mengonsumsi obat. Anda harus membatasinya. Saya tidak dapat memaafkan dokter yang memberikan obat terus-menerus hingga pasiennya meninggal. Efek samping obat sering membuat para lansia mengalami susah tidur, nyeri pinggang, nyeri lutut, kehilangan nafsu makan, bahkan sesak napas, tetapi dokter mereka justru merespons hal Itu dengan menambah obat lagi.

Pasien lansia bahkan terkadang diminta untuk mengonsumsi 10 jenis obat. Mengonsumsi berbagai jenis obat berisiko mengakibatkan malanutrisi. Obat-obatan akan melemahkan kemampuan penyembuhan diri dan memperpendek usia.

Mengingat jenis obat yang digunakan oleh dokter sekarang semakin tinggi efeknya demi menghilangkan rasa sakit yang cepat, maka obat obat yang diberikan sekarang mempunyai kandungan steroid. Padahal kita tahu bahwa steroid memberikan efek samping yang sangat kuat sekali.

Mulai sekarang, alangkah baiknya jika Anda menekan tingkat konsumsi obat hingga serendah mungkin atau batasi maksimal 4 jenis obat, lalu beralih pada kemampuan penyembuhan diri yang Anda miliki. Dokter yang meresepkan obat dengan enteng memang kurang baik, begitu pula dengan pasien yang selalu meminta obat

Leave a Reply