3 Level Praktisi Akupunktur & Perbedaan Metode Jepang vs China

Beberapa pasien bertanya pada saya, apa bedanya akupunktur Jepang dengan akupunktur China?

Bahkan ada praktisi yang berani menyatakan bahwa di Jakarta hanya ada 4 akupunkturis yang mempraktekkan akupunktur Jepang.

Pada dasarnya semua akupunktur berasal dari 1 sumber, yaitu China. Kitab suci pegangan pada akupunktur Jepang, China bahkan Korea juga sama, yaitu Huang Di Nei Jing (Su Wen), Ling shu, Nan Jing, dan berikut lebih ke herbal Shang Han Lun, Wen Bing tetapi teori mereka tetap dapat digunakan pada teori akupunktur.

Nah, perbedaan mencolok pada akupunktur Jepang dan China bisa dibedakan atas beberapa dasar :

1. Pemahaman Te Qi (Qi arrival)
⁃ Pada Akupunktur Jepang, penerapan dan pemahaman Te Qi lebih sesuai pada kitab klasik Nan Jing, Ling Shu dimana yang merasakan adalah praktisi akupunkturisnya, bukan si pasien. Dimana praktisi merasakan sensasi hangat, dll pada tangan praktisi. Lalu dikonfirmasi pada nadi, abdomen apakah ada perubahan atau tidak.
⁃ Sedangkan pada akupunktur China, lebih berfokus pada pemahaman menurut konsep : (Guide to Acupuncture Canon) (1312 M). Dimana pada akhirnya pasien terpaksa harus merasakan nyeri, kesetrum, nyilu baru efektif.

Dalam buku akupunktur klasik Guide to Acupuncture Canon (1312 M). dikatakan bahwa “rasa ringan dan licin di bawah jarum menunjukkan bahwa Qi belum tiba, dan jika perasaan ke arah atas jarum menjadi kencang dan tenggelam, ini menunjukkan bahwa Qi telah tiba.(《標曲赋》;輕潘慢而末來,沉澀紧而己至..氣之至也,如魚吞鉤餌之浮沉;氣末至也,如関處曲莹之深途。氣速至,氣選至而不治 •”)

(Ling Shu Bab 1) menyatakan, “efek penyembuhan akupunktur bergantung pada “Qi arrival”, semua ahli akupunktur setuju akan pentingnya pernyataan ini. Namun, para praktisi akupunktur telah salah mengartikan “De-Qi” berarti sama dengan “Qi-arrival”. Untuk menghasilkan sensasi semacam itu dari pasien atau yang dirasakan oleh praktisi di bawah jarum setelah memasukkan jarum, ahli akupunktur telah menciptakan banyak metode penusukan jarum asisten untuk penggunaan klinis. Mereka termasuk teknik seperti memutar, terbang, menggores, dan gemetar pegangan jarum oleh ahli akupunktur. Teknik akupunktur baru tersebut dicatat dalam berbagai buku akupunktur klasik 《Ode of Golden Needle》;《 Classic of Divine Resonance》;《 Introduction to Medicine》;《 Question and Answers on Acupuncture and Moxibustion》etc.(《全針赋》中的槎法;《神應經》中的飛法法;《醫學入門》中的制法;《針灸問對》中的努法;《全針梅花詩抄》中的倒法以及《流注指赋》中的接氣通經法).

konsep utama inilah yang sangat membedakan penerapan terapi pada akupunktur Jepang dan China. Bukan sekedar masalah jarum tebal, penusukan dalam, dangkal.

Sehingga dimana pada kebanyakan praktisi akupunktur metode China yang dilakukan di Indonesia, mereka memilih untuk menggunakan jarum yang tebal, panjang sehingga pada saat penusukan diusahakan harus mendapatkan sensasi kesetrum, nyeri, dll. Kalau tidak ada rasa maka dianggap tidak efektif.
Sedangkan pada akupunktur metode Jepang, mereka lebih mencari Qi sehingga penusukan sedangkal dan jarum ayng digunakan sehalus mungkin.

tentu saja hal ini hak pasien ingin merasakan tipe penjaruman yang mana, jika merasa tusuk dangkal bahkan jika jarum hanya ditempelkan ke permukaan kulit, pasien merasakan sudah ada manfaatnya maka lanjutkan.

2. Konsep terapi
⁃ pemahaman TCM yang di Indonesia lebih ke pemahaman teori organ Zang Fu, herbal. Tetapi kurang dalam meridian.
⁃ Pemahaman akupunktur Jepang lebih fokus ke meridian tetapi kurang pada konsep organ (kecuali metode Ikeda Masakazu).

Baik itu setiap metode baik China maupun Jepang, ataupun Korea, semua terdiri lagi banyak aliran. Dan sebaiknya jangan terjebak oleh aliran aliran ini. Karena yang paling benar adalah balik kembali ke ajaran aslinya sesuai kitab aslinya. Perbedaan terbesar kedua antara terapi akupunktur China dengan Jepang di Indonesia berdasarkan pemahaman konsep berikut ini :

3 Tipe praktisi pengobatan akupunktur?
Dijelaskan bahwa ada 3 jenis pengobat akupunktur. Hal ini ada dijelaskan pada kitab klassik :

十三難日
…經言知一為下工,知二為中工,知三為上工。上工者十全九,中工者子全八,不工者子全六,此之謂世.
13th Difficulty:

Klasik menyatakan pengetahuan praktisi tipe satu menghasilkan praktisi tingkat rendah. Pengetahuan praktisi tipe dua menghasilkan praktisi biasa-biasa saja. Pengetahuan praktisi tipe tiga menghasilkan praktisi tingkat tinggi. Praktisi tingkat tinggi menyembuhkan sembilan dari sepuluh. Praktisi biasa-biasa saja menyembuhkan delapan dari sepuluh Rendah praktisi tingkat menyembuhkan enam dari sepuluh. Inilah yang dikatakan di sini ..

七十七難日
七十七難日:經言:上工治未病.中工治己病者何謂也.然所謂治未病者.見肝之病.則知肝當傅之奥脾.故先質其脾氛. 無令得受肝之邪.故自治未病焉.中工治已病者.見肝之病. 不䁱相傳.但一心治肝.故日治已病也
77th Difficulty :

The seventy-seventh difficulty Menyatakan :
Praktisi tingkat superior menyembuhkan penyakit masa depan, praktisi biasa biasa saja menyembuhkan penyakit saat ini. Apa artinya ini?
Sebenarnya yang disebut pengobatan penyakit masa depan adalah ketika menemukan penyakit Liver, diketahui bahwa penyakit Liver pasti akan menyebar ke Limpa juga, oleh karena itu pertama-tama praktisi akan mentonifiksi Qi Limpa. Melakukan hal ini tidak akan membiarkan Limpa menerima Patogen Liver. Ini disebut mengobati penyakit masa depan. Praktisi tingkat menengah [biasa-biasa saja] mengobati penyakit saat ini dan ketika menemukan penyakit Liver (konsep penularan timbal balik tidak muncul pada mereka. Mereka hanya mengobati Liver secara tunggal. Ini adalah disebut mengobati penyakit ini.

Ini untuk mengobati penyakit yang belum ada ini bukanlah ide yang unik bagi Nan Jing; itu adalah prinsip utama dari Huang Di Nei Jing. Pada Ling Shu bab 55 disebutkan perbedaan antara praktisi tingkat atas dan bawah. Su Wen bab 2 menggunakan istilah “orang Bijak” atau “orang suci (sage)”, “聖人” untuk menggambarkan seseorang yang bahkan tidak mau repot repot mengobati penyakit yang tampak, tetapi malah mengobati penyakit sebelum sebelum penyakit itu terjadi.

Berdasarkan pernyataan di atas, kita bisa menilai para praktisi akupunktur yang kita temui.
Contohnya :
Jika pasien mengalami sakit kepala sebelah, pundak nyeri kaku, nyeri pinggang, nyeri maag.
Tipe 1 : pada saat diterapi hanya salah satu dari penyakit, contohnya hanya sakit kepalanya saja dulu, berikutnya setelah sakit kepalanya baikan baru sakit pinggangnya, berikut sakit maagnya…
Tipe 2 : Jika dilakukan pemeriksaan nadi, abdomen, lidah, tanya jawab dan diketahui bahwa sindrom penyebabnya misalnya ada pada Liver dan praktisi hanya mengobati salah satunya contohnya hanya mengobati Liver saja, kemudian mengobati keluhan keluhannya maka praktisi akupunktur ini adalah masuk ke kategori 2.
Tipe 3 : Praktisi melihat dan mengerti patologis kenapa keluhan keluhan itu muncul dan ada indikasi akan menyerang ke Limpa juga, lalu praktisi terapi mentonifikasi Qi Limpanya, membuyarkan Qi Liver lalu menambahkan titik untuk mereleasekan keluhan keluhannya. maka praktisi tersebut adalah masuk ke kategori level 3.

Nah, anda berobat pada praktisi tipe ke berapa? Kebanyakan praktisi akupunktur China di Indonesia yang saya perhatikan adalah tipe 1 dan sedikit tipe 2, sangat sedikit sekali tipe 3. Sedangkan akupunktur Jepang berada pada tipe 2 dan sedikit di tipe 3.

Jadi tidaklah penting akupunkturnya merupakan akupunktur metode jepang atau bukan, tetapi lebih tipe mana yang anda butuhkan?

Apakah anda berobat hanya untuk mengobati salah satu keluhan anda seperti yang anda lakukan pada saat anda berobat ke dokter? Atau menterapi semua keluhan anda dan sekaligus penyebab patologis yang terjadi pada tubuh anda?

Apakah anda lebih menikmati jika pada saat penusukan dilakukan tusukan dalam hingga kesetrum nyilu atau yang lebih minim sakitnya.

Tetapi yang perlu diingat, akupunktur Jepang vs China bukanlah masalah tusukan dalam, nyilu, kesetru, jarum halus tebal.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat